Biasanya, lagu-lagu bertema cinta di Valentine’s Day terasa manis, penuh kata-kata indah, atau setidaknya cukup mellow untuk menemani kita menikmati cokelat. Tapi Dahlia Dumont punya pendekatan berbeda dengan “Consent”.
Lagu ini bukan tentang cinta yang menghangatkan, tapi justru tentang batas-batas yang sering kabur, tentang situasi di mana “ya” tidak selalu berarti “ya”. Dengan dengan sentuhan teatrikal vokal Dahlia Dumont membawa emosi yang intens yang kadang terdengar seperti nyanyian penuh kepedihan, kadang seperti teriakan yang tertahan. Lagu ini punya energi yang tidak nyaman, tapi memang seharusnya begitu. Karena topiknya juga bukan sesuatu yang nyaman untuk dibicarakan.
Liriknya penuh ironi dan kemarahan.
“Why does she consent when he’s cruel, and all her fake friends say ‘it’s her fault, she’s the fool?”
Kalimat ini langsung menohok. Lagu ini bukan hanya tentang individu yang terjebak dalam situasi sulit, tapi juga tentang masyarakat yang masih sering menyalahkan korban.
“Consent” ini menampar kita dengan realitas yang sering diabaikan, dan dengan aransemen yang kuat serta lirik yang tajam, Dahlia Dumont memastikan bahwa kita tidak bisa begitu saja mengabaikannya sekaligus mengajak kita berpikir. Dan mungkin, itu justru yang kita butuhkan lebih banyak di dunia musik saat ini.