Album ReviewsEntertainmentFeaturedMusicNew ReleasesReviews

Menua Bersama “Peace Or Love” Milik Kings Of Convenience

“Peace Or Love” – Kings Of Convenience

Saya mengenal musik Kings Of Convenience hampir memasuki dua dasawarsa. Tidak, saya sedang tidak pamer bahwa saya sudah cukup lama mendengarnya. Saya hanya ingin menegaskan betapa waktu telah jauh berputar dan bagaimana kenangan dan ingatan dapat terasa berhamburan.

Seperti halnya kebanyakan pendengar Erlend Øye dan Eirik Glambek Bøe, saya termasuk yang memulai dari album “Riot On An Empty Street” (2004) lalu mengulik lebih jauh hingga menemukan debut album “Quiet Is The New Loud” (2001) dan album gubahan ulang “Versus” (2001).

Tanpa konsep senja dan kopi sebagaimana musik folk dinikmati hari ini, Kings Of Convenience pada masa itu (hingga sekarang) menawarkan musik yang tidak rumit, petikan gitar dan harmonisasi vokal, sesekali dengan iringan string. Simpel namun membuat jatuh hati.

Secara musikalitas duo ini menghadirkan keintiman yang sejuk untuk dinikmati indera pendengaran. Mereka pun berkembang menjadi beberapa project pribadi dan beberapa format band. Mereka tetap berupaya produktif dalam bentuk lain, meski penggemar mereka selalu menunggu karya terbaru Kings Of Convenience. Berselang 5 tahun sejak album kedua, “Declaration of Dependence” (2009) rilis. Saya pribadi tidak memiliki ikatan yang kuat dengan album ini, entah kenapa.

Setelah itu satu-satunya yang menjadi modal kuat jika kamu rindu akan Kings Of Convenience hanyalah kesabaran. Penantian 12 tahun harus dilalui (tentu tetap masih ada project pribadi mereka sepanjang waktu tersebut) untuk mendengarkan album terbaru yang bertajuk “Peace Or Love”. Akhirnya kembali mendengarkan mereka. Seketika tidak perlu merasa menyesal mengikhlaskan tiket konser mereka yang didapatkan gratis puluhan tahun lalu ditukar seorang teman dengan telepon genggam. Tidak Apa. (Baca: Akhirnya Kings of Convenience Kembali Rilis Album Setelah 12 Tahun) Sesungguhnya “Peace Or Love” adalah album yang mampu membawa perasaan diaduk-aduk tidak karuan jika kamu sedang jatuh cinta. Pesan-pesan yang disampaikan begitu tersurat dalam lirik-lirik album dengan jumlah lagu sebelas ini. Album ini berbahaya jika kamu tengah dalam masa kasmaran. Masa-masa menunggu jawaban, masa-masa logika bertekuk lutut dihadapan perasaan.

Bermula dari “Rumours” yang biasanya adalah langkah awal dalam sebuah hubungan. Track pembuka ini mengayun dengan perlahan dalam upaya mencari-cari jawaban dan menepis segala dugaan. Bagian terbaik tentu pada bagian nada yang ganjil “Don’t let them tell you, don’t let them tell you who you are”.

Jika pada akhirnya jawaban tak kunjung datang, harapan digantung tanpa alasan. Maka tembang seperti “Comb My Hair” dapat memancing lamunan. Walaupun Kings of Convenience pun mencoba dengan pendekatan mereka yang tak biasa seperti “Fevers” dan “Killers”. Menggunakan kata demam pada lagu pada situasi pandemi seperti sekarang tentu adalah sebuah jalan yang penuh tantangan.

Namun album ini tidaklah dalam balutan kemurungan. Ada “Angel” yang penuh kata-kata pujian untuk anak tu. Lalu ada pesan penuh pengharapan pada “Song About It”. Coba saja inap-inapkan lirik “Who’s to say what’s right or what’s wrong? All we know is that the feelings are strong”. Rapal terus setiap malam dengan penuh harapan. Meski harapan adalah hal yang berbahaya jika hubungan belum dalam kepastian.

Yang menjadi highlight terbaik dalam album ini tentu dua lagu kolaborasi bersama Feist. “Love Is A Lonely Thing” tampil bagai monolog masing-masing, diawali Erlend lalu Feist menyusul sebelum Eirik mengakhiri tembang sendu ini saat kita sedang sayang-sayangnya. Siapa yang tidak terduduk ketika mendengar Eirik mengalunkan “Love is pain and suffering, love can be a lonely thing”. 

Feist memberikan penampilan terbaik dengan vokalnya yang khas pada “Catholic Country”. Membawa ingatan kembali pada kolaborasi 17 tahun yang lalu dalam “Know How”. Ada ruang yang memang mereka berikan pada Feist hingga kita dapat mendengarkan bagian terbaik dari vokalnya. Dan “Catholic Country” pun memberikan pengalaman yang berbeda jika selama ini kombinasi mereka bertiga hanya membawa kita dalam kesenduan.

“Rocky Trail” harus mendapatkan penghargaan khusus. Tugas yang diembannya sebagai single pertama setelah 12 tahun dilakukan dengan sempurna. Tak ada cela dalam “Rocky Trail”, ia pun dibuka dengan upaya permohonan maaf “One more time, Let’s say you give me one more time”. Sentuhan string yang tepat, tidak berupaya menjadikan megah, hanya berupaya untuk menjadi pas dan tepat guna. Lalu kita dibiarkan menikmati instrumen pada satu menit terakhir lagu. Membiarkan kita untuk memejamkan mata sejenak, dan melepaskan beban-beban duniawi yang semakin bertambah saja akhir-akhir ini. 

Dalam berbagai interview setelah rilis album “Peace or Love”, beberapa kali disebutkan Erlend maupun Eirik bahwa proses yang panjang dalam pengerjaan album ini karena usaha mereka untuk mencari sound yang simpel dan mudah dicerna. Upaya itu sepertinya terlalu keras hingga melalui proses lima kali rekaman dan proses mixing yang panjang. Maka lagu-lagu (pada album “Peace or Love”) yang kita dengar hari ini, sangat mungkin memiliki beragam versi lainnya.

Namun segala kerumitan itu dibayar dengan tuntas. Kita tak sedang menghakimi album ini bagus atau tidak. “Peace Or Love” adalah kawan lama yang kembali datang setelah puluhan tahun tak bertemu. Dengan usia yang jelas semakin bertambah, tentu pilihan “Peace Or Love” adalah pertanyaan baku yang semakin cepat bisa diselesaikan tentu akan semakin baik. Hidup tenang atau masih dalam pencarian terhadap cinta? Dengan usia yang semakin menua, hidup tenang adalah impian, tak mau lagi banyak drama dari kisah percintaan. Kawan lama itu seperti mendoakan, semoga kita semua mendapatkan cinta yang tenang. 

(VRD/ABD)

“Peace Or Love” - Kings Of Convenience

Review “Peace Or Love” - Kings Of Convenience

Score : 4 Bintang Nama band : Kings of Convenience Label : Universal Music Tanggal Rilis : 18 Juni 2021

User Rating: 4.4 ( 1 votes)
Show More

Noverdy Putra

Peternak gagasan, tinggal di Padang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Related Articles

Back to top button