Tiada angin tiada hujan, layanan musik streaming Soundcloud dikabarkan tengah dijual dengan harga 1 miliar dolar Amerika Serikat. Kabar ini pertama kali dihembuskan oleh SkyNews minggu lalu dan linimasa pun hiruk pikuk mendengar hal ini. Mengapa? Karena ini akan menjadi prahara lanjutan setelah Bandcamp, layanan musik independen yang tahun lalu kembali dijual kepemilikannya.
Fenomena ini memperkuat argumentasi bahwa industri musik masih tidak baik-baik saja. Industri musik dunia masih mencari bentuk terbaik jauh panjang setelah era Napster bermula dan gaduh bersama band Metallica. Bahkan ketika Apple menanggalkan DRM (Digital Rights Management) dari full track download mereka. Hingga akhirnya semua menghamba pada layanan musik streaming yang kini praktis dikuasai oleh Spotify dan Apple Music yang dari tahun ke tahun masih rugi-rugi saja.
Soundcloud berdiri sejak 2007, sempat menjadi rumah yang nyaman bagi musisi pendatang baru, hingga dj dan pembuat mixtape. Soundcloud limbung mencari cara untuk menghasilkan uang. Dukungan pendanaan dari Raine Group dan Temasek Holdings tak cukup mampu menyelamatkan mereka. Kedua perusahaan pendanaan ini tengah mencari bank yang mau berinvestasi senilai 1 miliar dolar Amerika Serikat untuk Soundcloud.
Tak ada pernyataan resmi dari Soundcloud menanggapi kabar ini. Eliah Seton yang baru menjadi CEO pada tahun 2022 pun tak berkomentar apa-apa. Raine Group dan Temasek Holdings (iya, ini perusahaan dari negara tetangga kita, Singapura) berinvestasi pada tahun 2017 dalam upaya menyelamatkan Soundcloud yang sesak-nafas. Saat ini ada sekitar 40 juta lebih musisi di Soundcloud dengan 320 juta lagu didalamnya.
(VRD)